Penjelajah

Senin, 28 Februari 2011

Uluran Tangan



Suatu ketika di negeri antah berantah, terdapat suatu daerah yang banyak sekali bencana alam yang menimpa. Hal ini membuat meledaknya jumlah deretan nama anak yatim, orang-orang trauma dan putus asa, manula yang tidak tahu harus mengadu kemana tentang nasib mereka dan masih banyak jenisnya. Kesemua dari mereka adalah orang yang kesusahan.
Perdana menteri sering berkunjung ke daerah tersebut, sambil membawa bantuan yang cukup meringankan beban keseharian rakyatnya. Pada suatu ketika, oleh perdana menteri anak-anak yatim dikumpulkan kemudian dipindahkan ke daerah yang lebih tenang dan kehidupan warganya dalam keadaan yang maju dan termasuk dalam ekonomi kuat.

Disana anak-anak tersebut dibuatkan sebuah rumah kasih sayang, sejenis rumah anak yatim. Kalangan pengusaha, wirausahawan, pejabat, dan orang-orang terpandang dipanggil. Oleh perdana menteri diumumkan bahwa disinilah tempat anak-anak terlantar dan kesusahan yang sangat butuh uluran tangan. Oleh karenanya mereka dimintakan bantuan. Secara berkala mereka dimintai bantuan untuk menghidupi anak-anak tersebut.
Tiga bulan kemudian perdana menteri menugaskan orang kepercayaannya untuk mengunjungi rumah kasih sayang tersebut.  Satu hari penuh utusan tersebut bersama anak-anak. Apa yang terlihat sungguh memilukan. Anak-anak kekurangan makanan. Bantuan yang diterima tidak sebanding dengan jumlah mereka. Sehingga sebagian anak rela berpanas-panasan untuk jualan koran, membantu angkat belanjaan, ataupun menengadahkan tangan di kaca-kaca mobil yang mengkilap.
Kemudian hal itu diceritakan kepada Perdana Menteri. Dengan buliran air mata Perdana Menteri mendengarkan cerita utusannya dengan seksama.
Hari berikutnya, seluruh anak yatim, dibawa ke ibu kota. Dan seluruh biaya kehidupan mereka ditanggung oleh perdana menteri. Entah kebetulan atau tidak, beberapa bulan kemudian, daerah bekas anak-anak tersebut tinggal, terkena musibah dan bencana yang dahsyat.
Kira-kira maknanya apa yah?

Read more: http://www.resensi.net/uluran-tangan/2011/02/#ixzz1FEyiT8qn

Foto Human Interest


Oleh ATOK SUGIARTO

Manusia dengan segala aspek kehidupan yang dilakukannya memang selalu menarik untuk suatu objek pemotretan. Kemenarikan yang tidak hanya karena kemudahan menemukannya itu lebih sering dipicu oleh apa yang dilakukannya, yang terasa menyentuh. Baik itu aktivitas dalam suatu adat budaya suatu masyarakat tertentu maupun aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, yang sering terasa biasa bagi mata orang awam tetapi menarik bagi mata seorang pemotret.

Bagi pemotret yang terbiasa mengamati masalah-masalah sosial atau mungkin juga bila dia adalah seorang wartawan foto yang selalu menempatkan diri sebagai pengamat, maka aktivitas manusia baik itu dalam lingkup budaya maupun dalam lingkup kehidupan sehari-hari tak akan terlalu sulit dilakukan.

Untuk memotret human interest manusia dan aktivitasnya, kebanyakan pemotret menggunakan teknik candid atau cara memotret yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sehingga objek tidak tahu jika dirinya sedang dipotret. Hal tersebut lebih karena alasan untuk menghasilkan foto yang tampak baik dan menarik, spontan dan wajar. Namun, keengganan pemotret untuk melakukan pendekatan mengenal objeknya atau mungkin juga karena perasaan malu, merupakan alasan lain yang sering menjadi penyebab.

Akan tetapi, apa pun alasannya, memotret dengan cara candid memang sering digunakan, khususnya oleh para wartawan foto, karena memang merupakan cara yang efektif, baik dan cepat, guna mendapatkan foto yang tampak wajar. Di media cetak, foto-foto yang mengandung berita, yang mengesankan kewajaran dan objeknya dalam beraktivitas tampak betul-betul asli, biasanya dihargai sebagai sebuah karya yang memiliki nilai lebih tersendiri.

Namun demikian bila foto human interest tidak dimaksud untuk menjadi suatu laporan berita foto, maka foto itu bisa saja dibuat dengan menggunakan cara pendekatan pada objeknya. Hal seperti itu biasanya masih lagi ditambah dengan mengatur berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan khususnya berkaitan dengan penyinaran agar dihasilkan foto yang betul-betul baik serta indah dan menyentuh.

Pendekatan langsung pada objek dengan memintanya melakukan aktivitasnya memang terasa lebih baik dan etis, terlebih bila objek mau melakukannya dengan senang hati. Hal seperti itu akan memberi keleluasaan dalam mengatur pose, penyinaran atau latar belakangnya. Akan tetapi kelemahan dalam melakukan cara ini akan muncul bila pemotret tidak betul-betul dapat mengatasi keadaan atau mendramatisir situasinya. Foto yang akan dihasilkan akan tampak kaku, tidak wajar dan kurang kuat dari segi ekspresinya. Sebab, meskipun objek tidak melihat langsung ke arah kamera, dia sesungguhnya telah tahu sedang dipotret. Untuk mengatasinya, pemotret harus mampu menjadikan objeknya seolah betul-betul tidak sedang berhadapan dengan kamera.


Persiapan
Untuk dapat menghasilkan foto human interest yang baik, menarik dan tentu saja indah meski mampu menyentuh perasaan, secara teknis dapat dilakukan dengan mengawalinya terlebih dahulu dengan persiapan. Dan persiapan itu bisa saja dilakukan dengan terlebih dahulu memilih kamera serta lensa yang akan digunakan.

Sebuah kamera berfasilitas motor winder dengan lensa zoom 80-200 mm atau 75-300 mm adalah kombinasi yang cukup baik, karena menjadikan pemotret dapat melakukan pemotretan dari jarak sedang. Akan tetapi bila memungkinkan menggunakan lebih dari satu buah kamera dengan tambahan lensa 28-85 mm, akan lebih baik. Sehingga dari hampir semua jarak dalam pemotretan, baik itu dekat, sedang dan jauh, dapat tercover semua bila diperlukan.

Untuk merekam kehidupan manusia sehari-hari, dengan lensa 28-82 mm pun terasa sudah cukup dapat memenuhi keinginan untuk menghasilkan foto human interest yang baik, khususnya bila pemotret mampu melakukan pendekatan pada objeknya dan memiliki kepekaan yang baik serta cermat mengamati keadaan sekeliling.

Setelah persiapan kamera dan lensanya cukup memadai untuk suatu keperluan memotret human interest yang umumnya dilakukan di luar ruang, perlu pula disiapkan film yang akan digunakan. Dalam hal ini film dengan kepekaan atau ISO 100 sudah cukup memadai untuk menangkap aktivitas manusia dan lingkungannya atau kegiatan sehari-hari yang terjadi pada pagi, siang hingga sore hari di luar ruangan. Akan tetapi bila aktivitas manusia itu sangat berhubungan erat dengan gerak yang cepat, misalnya suatu atraksi kebudayaan, dan pemotret berkeinginan menangkap gerakan-gerakan tersebut, maka perlu disiapkan atau digunakan film yang mampu untuk membekukan gerakan-gerakan tersebut. Yaitu film ber-ISO tinggi misalnya ISO 400. Tujuannya tak lain agar gambar atau peristiwanya dapat terekam dengan baik dan tidak goyang.

Bagi yang menggunakan film jenis slide, persoalan ISO film seolah tak menjadi masalah. Sebab dengan slide ISO 100, bila memang diperlukan masih dapat di-push beberapa stop, misalnya sampai ISO 400 atau ISO 800 dengan kualitas yang cukup baik. Demikian pula dengan menggunakan film hitam-putih, karena juga dapat di-push dengan baik. Bahkan kelebihan dengan film hitam-putih, karena hasilnya terasa lebih dramatis dan menyentuh terutama untuk foto human interest.

Untuk suatu keperluan, kadang memotret human interest juga memerlukan aksesori demi mendramatisasi keadaan. Karena itu sesekali juga perlu membawa filter, seperti filter polarisasi (PL) yang baik digunakan untuk membirukan langit dan mengurangi refleksi serta beberapa filter koreksi warna untuk mengubah warna. Misalnya filter 81B yang berguna untuk menghangatkan.

Bila pemotretan dilakukan pada waktu hari menjelang malam, atau mungkin juga pada malam hari, maka lampu kilat yang menjadi tumpuan satu-satunya untuk dapat memotret juga perlu disiapkan. Lampu kilat dengan jenis TTL adalah lampu kilat yang sangat menguntungkan dalam perburuan foto human interest.


Beberapa Tip
Bagi saya pribadi, sesuai dengan pekerjaan sebagai wartawan foto, maka memotret human interest lebih sering dilakukan dengan teknik candid. Hal ini tentu karena satu alasan prinsip berkaitan foto berita yang cenderung menampilkan foto yang apa adanya. Tapi dengan teknik itu, seseorang perlu kemampuan untuk bekerja cermat, tangkas dan refleks. Akibatnya pemotret perlu melatih diri tentang cara menggunakan kamera dan lensanya serta mampu untuk jeli mengamati kejadian-kejadian seputar manusia khususnya yang mengandung unsur berita.

Meskipun demikian, pada saat-saat tertentu, memotret human interest juga sering saya lakukan dengan model pendekatan. Namun hal ini terjadi lebih karena lensa yang saya gunakan memaksa saya untuk memotret dari jarak dekat. Kelemahan dari cara pemotretan seperti ini, objek yang dipotret sering tampak kurang wajar atau kaku. Akan tetapi, semua dapat diatasi dengan cara menyatu terlebih dahulu dengan lingkungan atau objek. Bila kehadiran kita sudah dirasa tidak mengganggu dan telah dapat menyatu dengan objek, baru dilakukan pemotretan. Menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada sebelum melakukan pemotretan, terutama bila berkaitan dengan manusia serta aktivitasnya dalam kehidupan kelas menengah ke bawah, sering saya lakukan.

Pada banyak kejadian foto human interest memang saya buat dengan menggunakan lensa zoom 80-200 mm. Tetapi ini bukan berarti lensa lain tidak andal untuk mendapatkan foto human interest. Lensa apa pun di bawah 80-200 mm dapat saja digunakan untuk menghasilkan foto sejenis itu yang baik. Kuncinya hanya pada masalah pendekatan atau kemampuan pemotret dalam mencairkan suatu suasana, sehingga apa yang dilakukan objek menjadi tampak wajar.

Selain itu, lensa yang lebih panjang dari 80-200 mm, misalnya lensa 300 mm juga bukannya tak dapat digunakan. Tapi dengan menggunakan lensa tele yang panjang sekali, akan lebih merepotkan pemotret dalam membawanya. Lensa panjang seperti itu sesekali baik untuk digunakan terutama bila objeknya berada jauh atau tidak mudah didekati.

Keberhasilan memotret human interest memang tidak hanya berkisar pada penggunaan kamera maupun lensa saja. Pilihan sudut pandang atau sudut pengambilan foto yang tepat dan baik juga turut menentukan keberhasilan pemotretan. Dengan kata lain, keberhasilan sebuah pemotretan sangat berkaitan erat dengan hal-hal di luar teknis pemotretan. Akan tetapi jika hanya dengan mengandalkan hal teknis saja Anda mungkin sudah dapat menghasilkan foto human interest yang baik, maka itu adalah sebuah pengecualiaan. Anda tergolong pemotret yang beruntung.

Foto human interest berkaitan dengan manusia dan kemanusiaan, karena itu sebagai manusia tentu kita akan dengan mudah mengerti dan menghayati segala aktivitas yang dilakukan seseorang secara wajar, dramatis, utuh dan menyentuh.*



Yahoo! Mail
Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. 

Webmilis : http://lensa.multiply.com
Archive  : http://www.mail-archive.com/lensa@yahoogroups.com
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Posting  : lensa@yahoogroups.com



Contoh Foto Human Interest

Sabtu, 26 Februari 2011

7 Kebiasaan Orang-orang yang Bahagia

Orang-orang yang bahagia akan memiliki kebiasaan yang membahagiakan pula; sesederhana itu. Orang-orang paling bahagia yang saya kenal memiliki 7 kebiasaan yang terlihat jelas dalam diri mereka. Jika anda ingin membuat hidup anda lebih bahagia, anda mungkin dapat mempertimbangkan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan berikut ini dalam kehidupan anda.
“Sebagian orang merasa bahagia sesuai dengan apa yang mereka pikirkan”.
- Abraham Lincoln -
1. Ikut Ambil Bagian dalam Sesuatu yang Anda Minati – Anda bisa mengikuti kegiatan apapun. Anda bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan yang bersifat religius, bergabung dengan kelompok yang mendukung tujuan tertentu, atau menapaki karir anda dengan tekun. Dalam setiap kegiatan yang anda pilih, hasil psikologis yang diraih mempunyai sifat sama. Anda ikut ambil bagian sepenuhnya dalam kegiatan yang anda minati. Kegiatan semacam ini akan memberikan kebahagiaan dan makna dalam kehidupan anda.
2. Habiskan Waktu Bersama Teman-Teman dan Keluarga – Kehidupan yang bahagia adalah kehidupan yang anda lalui bersama teman-teman dan keluarga. Semakin kuat hubungan pribadi yang anda miliki serta semakin kerap interaksi bersama teman-teman dan keluarga, maka semakin bahagia pula anda.
3. Pikirkan Hal-hal yang Positif – Seringkali orang terlalu berkonsentrasi pada hal-hal negatif dan tidak menyisakan waktu untuk merefleksikan hal-hal yang berhasil mereka raih secara positif. Merupakan hal yang alami bagi seseorang untuk mengkoreksi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka dan memfokuskan diri mereka pada hal tersebut, namun harus terdapat keseimbangan dalam menempatkan diri anda. Sangatlah penting untuk merefleksikan hal-hal baik yang anda peroleh sementara anda mengkoreksi hal-hal yang buruk. Mengingatkan diri anda terus menerus terhadap kesuksesan pribadi yang anda raih setiap harinya akan memiliki dampak positif yang sangat berarti dalam kebahagiaan emosional anda.
4. Gunakan Sumber Daya yang Anda Miliki – Orang rata-rata biasanya merasa kagum ketika mereka melihat seseorang yang memiliki kekurangan fisik memperlihatkan tanda-tanda kebahagiaan secara emosional. Bagaimana mungkin seseorang yang berada dalam kondisi fisik seperti itu bisa terlihat begitu bahagia? Jawabannya terletak pada bagaimana mereka menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Stevie Wonder tak bisa melihat, jadi ia menggunakan kemampuan mendengarnya dalam dunia musik, dan ia sekarang memiliki 25 piala Grammy sebagai bukti.
5. Ciptakan Akhir yang Bahagia Setiap Waktu – Kekuatan dari akhir merupakan sesuatu yang mengagumkan. Akhir dari sebuah pengalaman yang dialami seseorang dapat mengubah persepsi keseluruhan orang tersebut. Bayangkan anda sedang membaca sebuah novel yang memprovokasi pikiran anda. Sekarang bayangkan bagian akhir dari novel tersebut ternyata sangat buruk. Meskipun cerita nya sangat menegangkan hingga saat-saat menjelang akhir, apakah anda akan tetap merekomendasikan novel tersebut pada orang lain? Orang selalu mengingat bagian akhirnya. Jika bagian akhir tersebut berakhir bahagia, maka pengalaman tersebut juga menciptakan perasaan bahagia. Selesaikan apa yang sedang anda kerjakan, selesaikan dalam keadaan baik, dan ciptakan akhir yang bahagia dalam kehidupan anda jika memungkinkan.
6. Gunakan Kekuatan Pribadi Untuk Menyelesaikan Sesuatu – Setiap orang memiliki kekuatan pribadi yang unik. Kita memiliki bakat dan keahlian yang berbeda. Kebahagiaan emosi akan datang secara alami pada mereka yang menggunakan kekuatan pribadinya untuk menyelesaikan sesuatu. Ketika anda berhasil mencapai sesuatu karena keahlian anda sendiri, maka penghargaan psikologis yang anda peroleh sangatlah bernilai.
7. Nikmati Setiap Kebahagiaan yang Anda Raih – Hal-hal terbaik yang bisa anda nikmati di dunia ini sifatnya gratis. Hal-hal tersebut muncul dalam bentuk yang sederhana dan muncul di hadapan anda pada waktu dan tempat yang tidak bisa anda duga. Kebahagiaan semacam ini diatur oleh alam dalam situasi tertentu dan ditangkap oleh panca indera kita. Momen semacam ini mungkin saja muncul saat anda sedang melihat pantulan sinar matahari terbenam dari sebuah kolam ketika anda sedang menggenggam tangan orang yang anda sayangi. Menyadari kemunculan momen-momen semacam ini akan menimbulkan kebahagiaan tak terduga dalam kehidupan anda.
Diambil dari salah satu artikel di http://www.akuinginsukses.com

Memotret Bunga

Bunga dengan keindahannya dapat kita abadikan melalui bebrapa sudut pandang pengambilan gambarnya. Berikut adalah hasil foto saya,mungkin kurang bagus maklum saja saya masih amati,hehehehe.
Saya yakin anda bisa jauh lebih baik dari saya.